Saturday, January 9, 2016

The Strange Library

Penulis: Haruki Murakami
Tebal: 77 halaman
Tahun terbit:  Desember, 2014
Penerbit: Harvill Secker
Sinopsis:

'All I did was go to the library to borrow some books'.

On his way home from school, the young narrator of The Strange Library finds himself wondering how taxes were collected in the Ottoman Empire. He pops into the local library to see if it has a book on the subject. This is his first mistake.

Led to a special 'reading room' in a maze under the library by a strange old man, he finds himself imprisoned with only a sheep man, who makes excellent donuts, and a girl, who can talk with her hands, for company. His mother will be worrying why he hasn't returned in time for dinner and the old man seems to have an appetite for eating small boy's brains. How will he escape?

“Why do I act like this, agreeing when I really disagree, letting people force me to do things I don't want to do?”


*
Jujur, ini adalah kali pertama aku membaca karya dari Haruki Murakami. Aku sudah mendengar banyak tentang hal-hal yang aneh dan tidak masuk akal yang sering ia masukkan dalam novelnya. Jadi, aku tidak terlalu terkejut ketika keanehan-keanehan lain muncul di buku ini.

Diceritakan dari sudut pandang orang pertama, semua karakter dalam buku ini tidak mempunyai nama—termasuk naratornya sendiri. Hanya disebut seperti; Sheep Man, the girl, dan the old man. Tidak ada penjelasan yang panjang mengenai latar belakang para karakter, tentang siapa mereka.
Buku yang tergolong tipis ini juga dipenuhi ilustrasi yang memberi gambaran seperti apa ceritanya. Ada 1 halaman yang bergambar donat dan makanan, temanku yang melihat ini menyebutnya lucu—untukku, ilustrasi ini memang cantik sekaligus membuatku sedikit takut dan ngeri.

Ide ceritanya sendiri unik. Selama ini, pecinta buku kalau ditanyai mau tidak menginap berhari-hari di perpustakaan kebanyakan pasti menjawab iya. Buku ini memberiku gambaran yang tak lagi sama tentang perpustakaan. Menginap tetapi dikurung di sebuah kamar? Err.. tidak deh.

Si narator sendiri bagiku, karakter yang terlalu pasrah mungkin? Hei, dia sudah tahu kalau ada hal-hal aneh tentang perpustakaan itu sendiri, namun dia tidak berusaha mengelak atau lari.  Sebenarnya, kalau hal ini digali lebih dalam mungkin akan sedikit lebih seru. Sang narator terkesan seperti orang yang 'iya-iya'. Menuruti apa yang orang lain perintahkan padanya. Walaupun dia sudah menjelaskan dia memang susah bilang tidak pada orang lain, namun tetap aneh untukku.

Aku adalah orang yang ketika selesai membaca buku langsung mengerti dengan pesan yang disampaikan si penulis. Walaupun terkadang ada yang tidak kumengerti, selang beberapa lama aku pasti menangkap pesannya. The Strange Library ini tidak jelas, kabur seperti kabut. Maksudku, aku tahu genrenya surreal, tetapi aku tidak mengerti pesan yang disampaikan penulis dengan baik. Aku sendiri ragu, apakah narator ini mengalami kejadian nyata atau hanya imajinasi/mimpinya sendiri. Atau, penulis memang sengaja membiarkan pembaca menebak-nebak isi dari ceritanya. Mungkin, aku akan mengerti apa yang penulis coba sampaikan ketika membacanya di kemudian hari.

Layout dan covernya layak sekali dapat acungan jempol. Berformat hardback, buku ini lebih kukuh ketika dipegang. Covernya terutama yang mengecoh banyak orang. Beberapa temanku mengira kalau aku pinjam ini di perpustakaan karena cover depannya yang seperti kantung peminjam buku. Kertas yang digunakan juga tebal. Maka, tak heran kalau harganya sedikit mahal untuk ukuran buku setipis ini.

Secara keseluruhan, aku cukup menyukai buku ini karena ilustrasinya yang cantik sekaligus seram, yah walaupun aku tidak terlalu mengerti pesan yang disampaikan buku ini.

1 comment:

  1. Hi salam kenal, I'm Sekar.
    Btw, aku juga punya The Strange Library. Setelah baca itu, emang rada syok krn ga nemu messagenya. Ternyata, untuk genre surreal kadang penulis pake mode autowriting, terus simbol2 gitu. Jadi mungkin begitulah maksud Murakami nulis ini ya.

    ReplyDelete