Monday, February 1, 2016

Cinderella Teeth by Sakaki Tsukasa

Genre:  Fiksi, J-lit, Slice of Life
Penulis: Sakaki Tsukasa
Tebal: 272 halaman
Tahun terbit:  Oktober, 2015
Penerbit: Haru
Sinopsis:


Saki ditipu oleh ibunya sendiri hingga gadis itu harus bekerja di sebuah klinik dokter gigi. Padahal, ia benci dokter gigi!
Namun, musim panas itu akan menjadi musim panas yang berarti bagi Saki. Pasien-pasien yang berkunjung ke klinik tersebut ternyata memiliki rahasia-rahasia unik. Belum lagi, seorang pemuda di klinik tersebut mulai menarik perhatian Saki.

Dapatkah Saki menghadapi phobia-nya, pasien-pasien, dan cinta yang datang bersamaan dalam satu musim panas?
Kano Sakiko adalah mahasiswi yang mengisi liburan musim panasnya bekerja paruh waktu sebagai resepsionis di Shinagawa Dental Clinic, atas bujukan (serta tipuan) Mamanya. Kalau saja ia tahu ia akan bekerja di klinik gigi, Saki yang fobia dokter gigi pasti tak akan bekerja di sana.

Namun, dia menemukan dokter gigi itu tak semenyeramkan yang ada di pikirannya. Dengan rekan-rekan kerja yang ramah, Saki menemui pasien-pasien baru yang kadang mempunyai sikap yang aneh.

“Mau berhati-hati seperti apapun, tetap saja ada anak yang jadi benci dokter gigi. Ya, sepertiku. –hal 171



Awalnya, aku mengira buku ini akan bercerita tentang gadis bernasib seperti Cinderella, namun ternyata bukan. Buku ini bercerita tentang pasien-pasien dan misterinya yang dihadapi Saki dan dokter-dokter di Shinagawa Dental Clinic.

Aku selalu menyukai buku yang berbau seperti pemecahan misteri. Dibagi menjadi 5 bab utama, kita diajak memecahkan berbagai kelakuan aneh pasien dan apa yang melatarbelakangi sikap tersebut. Agak beda juga sih menebak-nebak orang dari kebiasaannya saat diperiksa, pekerjaannya dan di sebuah klinik gigi lagi.

Ide ceritanya segar dan menarik. Terjemahannya sangat luwes dan mudah dipahami. Mengangkat tema fobia yang lumayan langka ya di Indonesia ada tema seperti itu, yah walaupun fobianya nggak disinggung dalam-dalam di buku ini. Ada beberapa footnote tentang makanan Jepang dan istilah kedokteran. Berkat buku ini, aku jadi sedikit tahu pengetahuan kedokteran gigiapa itu tekniker gigi dan macam-macam tambalan gigi. Aku jadi ingin sekali datang ke klinik seperti Shinagawa. Bayangkan, ada fasilitas penitipan barang, resepsionis yang ramah, administrasi yang mudah, juga menu makan siang para dokter dan perawat yang terdengar lezat (kalau yang ini pasien nggak ikut dong). Mousse, kue tar, foie grass, siapa sih yang nggak ngiler?

Semua karakternya menyenangkan, terutama Saki. Ada perubahan sikap pada Saki yang awalnya takut dengan dokter gigi menjadi tidak begitu takut lagi. Terkadang, Saki itu pesimis, pemalu dan pasif. Tapi aku suka cara dia berlaku dengan sopan, juga tidak terlalu pendiam dan tahu bagaimana bersikap. 

Karakter lainnya seperti, Utako-san, Yotsuya-san, Dokter Kano, Kasuga-san, Dokter Naruse, Pak Kepala, Nakano-san, Kasai-san juga tidak membosankan. Favoritku jelas si Yotsuya-san. Walau dia hemat bicara dan kalau sekali bicara langsung ke poin, dia punya sisi lembut tak terduga. Aku geli sekali ketika mengetahui kebiasannya kalau sedang kaget dia hobi menimbun barang di dekatnya.

Selain itu, favoritku selanjutnya adalah Dokter Naruse dan Utako-san. Rasanya jarang sekali ada Dokter sesantai dan seramah Dokter Naruse ketika menghadapi pasiennya. Lalu, Utako-san yang cantik dan perhatian. Walau kadang-kadang usil, dia juga punya sisi yang tak diduga orang lain.

Yang sedikit membuatku kecewa adalah tentang fobia si Saki. Fobia merupakan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak wajar. Di sini, Saki, walaupun sudah tahu bekerja di klinik gigi malah terkesan pasrah dan tidak melakukan penolakan sama sekali. Menurutku, harusnya wajar seseorang yang punya fobia sedikit menolak sesuatu yang ditakutinya, walaupun Saki ini tipe orang yang ‘nrimo’.

Secara keseluruhan, aku menyukai buku ini karena isinya ‘happy-happy’ dan ringan. Buku ini bukan buku yang membuat kamu kebanyakan berpikir, tetapi bagaimana cara menikmati hidup walaupun ada sesuatu yang kamu takuti.

No comments:

Post a Comment