Tuesday, July 10, 2018

Stories of Your Life and Others

Genre: Fiksi Ilmiah
Penulis: Ted Chiang
Tebal: 338 halaman
Tahun terbit: Mei 2015 (Cetakan pertama Juli 2002)
Penerbit: Picador
Sinopsis:

With his masterful first collection, multiple-award-winning author Ted Chiang deftly blends human emotion and scientific rationalism in eight remarkably diverse stories, all told in his trademark precise and evocative prose.

From a soaring Babylonian tower that connects a flat Earth with the firmament above, to a world where angelic visitations are a wondrous and terrifying part of everyday life; from a neural modification that eliminates the appeal of physical beauty, to an alien language that challenges our very perception of time and reality... Chiang's rigorously imagined fantasia invites us to question our understanding of the universe and our place in it.

Contents: 
- Tower of Babylon (1990) 
- Understand (1991) 
- Division by Zero (1991) 
- Story of Your Life (1998) 
- Seventy-Two Letters (2000) 
- The Evolution of Human Science (2000) 
- Hell Is the Absence of God (2001) 
- Liking What You See: A Documentary

*

Seperti kebanyakan pembaca lain, aku memutuskan membaca ini karena aku suka sekali dengan Arrival. Arrival sendiri premis ceritanya berangkat dari salah satu cerpen yang ada di kumcer ini yang berjudul Story of Your Life. Selain Story of Your Life, ada tujuh cerita lain yang tidak kalah cemerlangnya.

Dalam Stories of Your Life ini, Chiang menunjukkan bagaimana sihirnya bekerja. Ia dengan sangat elegan merangkai prosa-prosa berjajaran dengan teori-teori matematika, sains, ataupun sedikit candaan filsafat. Seperti dalam Division of Zero, narasi bergantian antara penjelasan ringkas mengenai beberapa teori atau fakta kecil menarik matematika dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam cerita. Teknik yang sama juga terulang kembali dalam Story of Your Life; narasi bergantian antara teori fisika dan linguistik dengan apa yang terjadi di dalam cerita.

Tidak hanya bermain-main dengan kerangka matematika dan sains, Chiang juga dengan jenaka mempertanyakan hal-hal filosofis seperti yang ia lakukan dalam Hell is The Absence of God. Hell is The Absence of God berangkat dari pertanyaan sederhana; bagaimana jika sebenarnya Tuhan itu tidak pernah peduli apakah tindak tanduk manusia di dunia akan memutuskan seseorang masuk neraka atau surga (jika kedua hal itu memang ada)? Bagaimana jika orang yang berbuat baik di dunia pun juga pada akhirnya akan masuk neraka?

Hampir semua cerita dalam buku ini didasari dengan pertanyaan sesederhana bagaimana jika. Dalam Seventy-Two Letters; bagaimana jika manusia dapat menduplikasi manusia lainnya dengan cara menuliskan beberapa kata dalam kerangka teori preformation? Atau dalam Liking What You See: A Documentary; bagaimana jika ada teknologi yang bisa mempengaruhi otak manusia dalam membuat persepsi cantik dan jelek? 

Jika dalam filmografi terdapat pedoman kunci “show, don’t tell”, hal tersebut juga dapat diaplikasikan dalam karya Chiang. Beberapa cerita tidak mempunyai klimaks yang sangat tense. Begitu pula dengan akhir cerita, beberapa malah tidak begitu menjawab rasa penasaranku. Walaupun begitu, setiap cerita selalu membuatku terhanyut dalam berbagai pertanyaan ketika aku membaca ulang kembali tiap paragraf. Seperti salah satu kutipan dalam Story of Your Life yang membuatku kembali memaknai ulang tentang konsep waktu:

“The existence of free will meant that we couldn’t know the future. And we knew free will existed because we had direct experience of it. Volition was an intrinsic part of consciousness. Or was it? What if the experience of knowing the future changed a person? What if it evoked a sense of urgency, a sense of obligation to act precisely as she knew she would?” -pg. 157

Masih dalam cerpen yang sama, tentang memaknai kebebasan berdasarkan cara berpikir:

"Freedom isn't an illusion; it's perfectly real in the context of sequential consciousness. Within the context of simultaneous consciousness, freedom is not meaningful, but neither is coercion; it's simply a different context, no more or less valid than the other. It's like that famous optical illusion, the drawing of either an elegant young woman, face turned away from the viewer, or a wart-nosed crone, chin tucked down on her chest. There's no “correct” interpretation; both are equally valid. But you can't see both at the same time." -pg. 163

Selain Story of Your Life, satu cerita lain yang sangat kusukai adalah Liking What You See: A Documentary. Cerita yang satu ini membuatku mempertanyakan kembali konsep kecantikan dan kemanusiaan seperti dalam kutipan di bawah ini:

“Everyone knows physical beauty has nothing to do with merit; that’s what education accomplished. But even with the best intentions in the world, people haven’t stopped practicing lookism. We try to be impartial, we try not to let a person’s appearance affect us, but we can’t suppress our autonomic responses, and anyone who claims they can is engaged in wishful thinking. Ask yourself: Don’t you react differently when you meet an attractive person and when you meet an unattractive one?” -pg. 296.

Hal lain yang membuat karya Chiang nyaman dinikmati adalah gaya bahasa yang ia gunakan. Chiang merangkai kalimatnya dengan kompak dan tidak bertele-tele. Ini membuat cerita mudah dimengerti bahkan bagi mereka yang awam dengan teori sains sepertiku. 

Secara keseluruhan, karya-karya Chiang pantas untuk dibaca lebih banyak audiens. Tidak hanya dia menulis cerita yang kaya teori lintas bidang, tapi setiap ceritanya yang menyentuh sisi kemanusian dengan logika selalu mempunyai makna untuk dipikirkan ulang di penghujung hari.

No comments:

Post a Comment