Monday, February 22, 2016

Cafe Waiting Love

Genre: Fiksi, RomanceSlice of Life
Penulis: Giddens Ko
Tebal: 404 halaman
Tahun terbit: Januari 2016
Penerbit: Haru
Sinopsis:

Dalam hidup ini
ada berapa kali saat di mana jantung
berdegup dengan kencang.
Aku belum pernah berpacaran,
tapi aku tahu bahwa seseorang yang percaya pada cinta,
seharusnya menghargai momen setiap kali
jantungnya berdebar,
kemudian dengan berani mengejar kali berikutnya,
kali berikutnya,
dan kali berikutnya lagi.

Di dalam sebuah cafe kecil,
setiap orang sedang menunggu seseorang.


*
Li Siying adalah seorang siswi kelas 3 SMA yang bekerja part time di cafe bernama Waiting Love. Menurutnya bekerja paruh waktu lebih menarik dibanding kegiatan pelajar pada umumnya, belajar, nongkrong di tempat les, dan di warnet. Di kafe tersebut, ia bertemu dengan barista handal, sekaligus seorang lesbian—Albus. Walau sikapnya terkesan dingin dan cuek, dalam urusan meracik kopi ia jagonya. Albus sangat mahir meracik kopi, bahkan permintaan aneh seperti kopi ‘Tapak Duka Nestapa Seperti yang ada di Turnamen Gunung Huashan’. Terkenal akan keahliannya, banyak pelanggan meminta menu aneh-aneh yang ajaibnya Albus bisa membuatnya. Biasanya kopi aneh ini akan dimasuki sesuatu yang ngaco, seperti bawang bombai ke dalam kopi.

Selain Albus, ada Nyonya Bos—sang pemilik kafe ini. Ia punya menu khusus buatannya bernama ‘Racikan Spesial Nyonya Bos’. Menu ini hanya akan disajikan satu kali dalam sehari dan tiap hari racikan kopinya selalu berbeda. Pembeli dari menu ini akan mendapatkan bonus yaitu berbincang dengan Nyonya Bos sepuasnya. Malangnya, si pembeli ini harus minum kopi racikan Nyonya Bos yang tak keruan. Bisakah dibayangkan minum kopi yang di dalamnya terdapat sebutir jeruk?

Bekerja di kafe ini membuat Siying diam-diam menyukai salah satu pelanggan setia kafe Waiting Love. Ia adalah Zeyu, seorang mahasiswa informatika yang tergabung dalam klub debat. Dikarenakan kecerobohan Siying saat membuat kopi untuknya, ia malah menjadi dekat dengan Zeyu bahkan sering menguping pembicaraan Zeyu bersama pacarnya. Zeyu ini punya kebiasaan berganti pacar terlalu cepat. Setiap Zeyu mempunyai pacar baru, Siying dapat mendengar hatinya patah.

Lain Zeyu, lain juga dengan A Tuo. Siying bertemu dengan A Tuo ketika A Tuo datang ke sekolahnya untuk memperkenalkan klub seluncur. Pemuda 22 tahun ini selalu jadi bahan tertawaan karena pacarnya yang direbut seorang lesbian. Takdir mempertemukan mereka berdua lagi di kafe Waiting Love. Saat itu, A Tuo diejek oleh temannya karena pengalaman memalukannya itu. A Tuo hanya tertawa canggung bahkan tak marah. Siying muak dengan hal tersebut sehingga dia membela A Tuo di hadapan teman-temannya. Sejak saat itu, Siying dan A Tuo menjadi teman dekat. Banyak hal tak terduga dalam diri A Tuo. Siapa sangka pemuda itu bisa mengenal orang-orang eksentrik seperti Abang Bao—gangster yang suka menonton film, Bibi Pisau Emas—yang masakannya luar biasa enaknya walaupun ia adalah seorang penatu dan orang-orang lainnya. Bersama A Tuo, Siying merasa A Tuo bukanlah pemuda bodoh nan lugu yang pacarnya direbut lesbian. Ia adalah salah satu orang terbaiknya—dan mungkin lebih dari itu.

“Dia adalah segelas air putih yang bersih, yang juga dapat dilihat dengan jelas oleh semua orang. Dunianya sangat sederhana, sehingga sangat menarik. Atau dapat dikatakan, orang yang dapat dianggap A Tuo sebagai air putih, semuanya penuh dengan vitalitas, juga memiliki talenta unik. Di dalam benak A Tuo, mereka semuanya adalah orang baik, semuanya terberkati.” -hal 189

Aku tidak menyangka buku ini akan semanis dan sehangat ini. Terus terang, ini adalah novel mandarin dan karya Giddens Ko yang kali pertama aku baca. Aku sangat suka dengan ceritanya. Bukan cerita cinta yang dipaksakan, dan juga bukan kisah yang penuh penyesalan.

Karakternya yang banyak dan kaya akan hal-hal menarik membuatku tidak bosan untuk membaca halaman selanjutnya hingga lembar terakhir. Semakin aku membaca, semakin aku sadar bahwa pemeran utama dari kisah ini bukanlah Siying, tetapi A Tuo. A Tuo adalah karakter favoritku! Walau sedikit bodoh, karena kebaikan hatinya ia bisa mengenal orang-orang eksentrik yang menarik seperti Abang Bao. Aku dibuat tertawa oleh kebiasaan Abang Bao—tukang bantai yang hobinya nonton film. Celetukan-celetukannya juga sangat konyol.

A Tuo ini bukanlah tipe orang yang pemalu hingga menutup diri dari pergaulan sekitar. Ia adalah sosok yang hangat dan terbuka, hanya kadang sering canggung dan terlalu baik. Aku suka sifatnya yang dengan mudahnya membuat seseorang membuka dirinya kepadanya, membagikan sisi lain orang itu kepada A Tuo. A Tuo mudah sekali menyesuaikan dirinya dengan tempat baru dan orang baru. Aku merasa orang seperti A Tuo ini sangat jarang di kehidupan nyata.

Aku juga menyukai karakter Siying. Ia tanpa malu-malu mengejar cintanya. Bahkan rela untuk masuk kampus yang sama dengan Zeyu. Siying bukan tipe cewek yang menunggu pangerannya datang dan berpangku tangan. Keberaniannya dalam berinteraksi dengan Zeyu, aku sangat mengaguminya. Sayangnya, ini membuat Siying hanya terfokus pada Zeyu saja. Siying agak tidak peka bahwa ada orang lain yang juga sebaik Zeyu, sehebat Zeyu.

Yang membuatku sedikit sedih dan kaget adalah cerita dibalik berdirinya cafe Waiting Love ini. Kisah sedih Nyonya Bos yang membuatnya membangun kafe dan menciptakan menu ‘Racikan Spesial Nyonya Bos’. Tetapi Nyonya Bos tidak berlarut dalam kesedihannya. Ia punya satu motto ‘setiap orang sedang menunggu seseorangnya.” 

Untuk terjemahannya, seperti novel Haru biasanya, tidak ada masalah. Yang menggangguku adalah spacing antar barisnya yang terlampau dekat. Aku sering sekali salah membaca baris. Walau begitu aku suka covernya yang soft dan menggambarkan cerita dengan tepat! Terlihat ada seseorang menunggu di dalam kafe yang ornamennya manis dan ada motor King kesayangan Siying.

Berkat buku ini, aku baru tahu kalau Cafe Waiting Love sudah diadaptasi menjadi film tahun 2014 lalu. Bahkan kafenya sendiri pun ada di kehidupan nyata. Selesai menamatkan buku ini, aku langsung menonton filmnya. Mungkin akan kubuat resensinya kalau aku niat.

Aku merekomendasikan buku ini untuk mereka yang sedang menunggu seseorang, atau sedang ingin membaca kisah cinta yang tidak berat. Setelah membacanya, aku sadar ada orang punya cara berbeda-beda ketika menunggu seseorangnya. Ada yang menyerahkannya pada takdir, ada yang berjuang sekuat tenaga, ada yang mencoba menjalin hubungan terus menerus hingga akhirnya mendapat seseorangnya, ada yang susah melupakan masa lalu dan larut dalam kesedihan, semua itu adalah pilihan kita memilih yang mana. Semoga semua usaha itu akan terbayar suatu hari nanti.

No comments:

Post a Comment